Selasa, 15 Februari 2011

Benarkah Presiden Minta Naik Gaji



Menjadi seorang pemimpin harus siap dikritik oleh siapa saja dan kapan saja . Melontarkan kritik yang membangun dan tertata sesuai dengan porsinya tentu akan menjadikan sebuah kecerdasan dan kedewasaan bagi yang dikritik. Namun, jika kritik hanya mencari dukungan pilitik, tentu memiliki konsekuensi yang berbeda. Bisa menimbulkan simpati atau bahkan sebaliknya, mendatangkan cibiran dari sana sini yang tetu saja bisa melunturkan rasa percaya diri kepemimpinan.
Seperti presiden. Ia juga mendapatkan banyak kritik dari berbagai pihak, dikarenakan Presiden memberikan motivasi di hadapan para anggota TNI dan Polri dalam acara Rapat Pimpinan TNI dan Polri tahun 2011 di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jumat (21/1). Sebelumnya juga mendapat kritik oleh sejumlah orang yang mengaku lintas agama, dinilai telah banyak melakukan banyak kebohongan.
Kritikan lain berupa sejumlah gerakan menggalang koin untuk gaji Presiden. Namun, entah siapa inisiatornya, gerakan tersebut rupanya tidak mulus mendapatkan dukungan public. Gerakan koin untuk presiden bermula pada saat ada rapat Komisi III DPR dengan polri.
Menurut saya, mungkin tidak ada niat presiden meminta kenaikan gaji, tetapi lebih berfokus hanya memberikan motivasi kepada jajaran TNI dan Polri. Namun, namanya ucapan seorang pemimpin, sepenggal kalimat pun bisa berpotensi menjadikan peluru oleh para rival politik untuk menyerangnya.
Gerakan koin untuk presiden mungkin juga memiliki korelasi dengan hak yang menyatakan pendapat aksi tokoh lintas agama dengan tuduhan kobohongan versinya. Atau aksi lain yang menghendaki pembubaran satgas mafia hokum. Juga mungkin kasus – kasus tersebut juga ada hubungannya terhadap gerakan pemakzulan yang selama ini didengungkan secara samar – samar oleh para politikus yang dibungkus oleh ini dan itu.
Sebagai orang yang cinta Tanah Air, sedih rasanya kalau Negara ini terus dikorupsi. Mereka wakil rakyat hanya sibuk dengan kepentingan setiap partai politik dan bos masing – masing. Mereka hanyalah badut – badut politik yang bergerak jika mendapat perintah. Karena hanya badut, tentu mereka tidak ada inisiatif memikirkan kepentingan rakyat banyak yang terpenting hanyalah imbalan sebesar apa yang diterimanya.